Beberapa bulan lalu saya membuka sebuah situs www.syiahindonesia.com. Semula saya pikir situs tersebut berupa informasi seputar madzhab syiah yang ada di Indonesia, tidak tahunya merupakan situs yang menjelek-jelekan mazhab ini. Bahkan dalam tag-nya berbunyi: "Kami hanya segelintir orang yang bertekad untuk menjelaskan kepada umat islam akan hakekat dan bahaya aliran Syi'ah/Rafidhah".
Sebagai muslim yang terlahir dari keluarga sunny dengan madzhab Syafi'i, remaja dengan madzhab Hambali, dan dewasa dengan madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, Hambali, dan Ja'fari alias hanya bermadzhab Islam. Sungguh sangat kecewa dengan adanya penghinaan terhadap salah satu madzhab Islam tersebut, terlebih penghinaan itu dilakukan oleh umat Islam sendiri. Yang lebih mengecewakan lagi adalah pernyataan dalam salah satu artikel situs tersebut yang mengatakan kafir terhadap aliran madzhab syiah. Naudzubillahi min dzalik.
Kadang saya tidak habis pikir, mengapa masih banyak orang yang menghina syiah (dan ini tidak berhenti sejak jaman agresor Muawiyah)? Padahal jika kita membaca sejarah, Imam Hanafi ra dan Imam Malik ra (imam madzhab sunny) merupakan murid-murid Imam Ja'far as (cicit Rasulullah SAW), yang notabene imamnya kaum syiah. Sedangkan Imam Syafi'i ra merupakan murid Imam Malik ra dan Imam Hambali ra merupakan murid Imam Syafi'i ra. Jadi Imam Syafi'i ra dan Imam Hambal ra bisa dikatakan sebagai murid tidak langsung dari Imam Ja'far as. Lantas, jika syi'ah (madzhab Ja'fari) itu dikatakan sesat maka sudah barang tentu sunny juga menjadi sesat karena imam-imam madzhabnya pernah berguru, baik langsung maupun tidak, kepada Imam Ja'far as. Sungguh suatu logika yang tidak masuk akal!!!
Apa karena mereka rafidhah (mengagungkan keluarga Nabi saww melebihi kepada para shahabat Nabi lainnya) sehingga mereka layak disebut sesat? Saya jadi teringat ucapan Imam Syafi'i ra ketika menyikapi orang-orang yang suka menjelek-jelekkan kaum rafidhi (pada jaman dahulu orang syi'ah disebut rafidhi). Beliau mengatakan: "Sayalah orang yang paling rafidhi di antara kalian, karena sholat saya tidak akan syah tanpa mengagungkan keluarga Nabi saww!" Ya, sebenarnya kita semua (muslim) adalah kaum rafidhi, karena shalat kita tidak akan syah tanpa menyebutkan "wa 'ala aali Muhammad" (dan keluarga Muhammad) setelah "Allahumma shali 'ala Muhammad" dan "Wa barik 'ala Muhammad" dalam bacaan tahiyyat shalat kita, sebagai bentuk pengagungan kepada keluarga Nabi saww. Bahkan Nabi saww mengatakan bahwa kita termasuk orang yang bakhil/kikir jika setiap diucapkan nama beliau kita tidak bershalawat kepada beliau dan keluarganya (mengucapkan shalalallahu 'alaihi wa aalihi wasalam).
Dimanakah letak kesalahan mereka sehingga layak untuk dibenci dan dinyatakan sesat? Jika karena perbedaan furu'iah (cabang), bukankah setiap madzhab dalam sunny-pun, baik Hanafi, Maliki, Syafi'i, maupun Hambali, memiliki perbedaan dalam hal furu'iah ini?
Seharusnya yang kita cari adalah kalimatun sawa, kesamaan-kesamaan yang terdapat dalam ajaran sunny dan syiah, bukan sebaliknya. Kalaulah ada anggapan bahwa syiah telah menyimpang, itu bukanlah syiah yang sebenarnya. Karena sebagaimana sunny, dalam syiah pun terdapat beberapa kelompok, seperti Asy'ariyah, Fathimiyah, Zaidiyah, dll. Jika di antara puluhan kelompok itu ada yang menyimpang, bukankah di sunny juga ada yang menyimpang seperti kelompok Isa Bugis, misalnya (konon sekarang kelompok ini sudah lebih baik, tidak meninggalkan shalat dan puasa)? Tapi hal itu tidak menjadikan seluruh madzhab sunny menyimpang. Lantas, kenapa jika ada kelompok sempalan syiah yang menyimpang maka seluruh mafzhab syiah dianggap menyimpang?
Sunguh perbuatan yang melelahkan jika kita selalu mencari perbedaan dan keburukan orang atau kelompok lain. Seharusnya kita lebih membenahi diri dengan menebarkan kasih dan keselamatan antarsesama (afsussalaam), karena itu adalah ajaran Islam yang sebenarnya. Sedangkan untuk masalah perbedaan bukanlah hak kita untuk menilainya. Biarlah Allah saja yang menilai kita (sunny dan syiah) dan menentukan siapa yang paling baik (benar) antara kita, karena Dia-lah Al-Hakim. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mempererat ukhuwah imaniyah agar dunia menjadi lebih tentram dan damai. Hanya iblis yang selalu mencari permusuhan!!!
Wallahu a'lam.....
Sebagai muslim yang terlahir dari keluarga sunny dengan madzhab Syafi'i, remaja dengan madzhab Hambali, dan dewasa dengan madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, Hambali, dan Ja'fari alias hanya bermadzhab Islam. Sungguh sangat kecewa dengan adanya penghinaan terhadap salah satu madzhab Islam tersebut, terlebih penghinaan itu dilakukan oleh umat Islam sendiri. Yang lebih mengecewakan lagi adalah pernyataan dalam salah satu artikel situs tersebut yang mengatakan kafir terhadap aliran madzhab syiah. Naudzubillahi min dzalik.
Kadang saya tidak habis pikir, mengapa masih banyak orang yang menghina syiah (dan ini tidak berhenti sejak jaman agresor Muawiyah)? Padahal jika kita membaca sejarah, Imam Hanafi ra dan Imam Malik ra (imam madzhab sunny) merupakan murid-murid Imam Ja'far as (cicit Rasulullah SAW), yang notabene imamnya kaum syiah. Sedangkan Imam Syafi'i ra merupakan murid Imam Malik ra dan Imam Hambali ra merupakan murid Imam Syafi'i ra. Jadi Imam Syafi'i ra dan Imam Hambal ra bisa dikatakan sebagai murid tidak langsung dari Imam Ja'far as. Lantas, jika syi'ah (madzhab Ja'fari) itu dikatakan sesat maka sudah barang tentu sunny juga menjadi sesat karena imam-imam madzhabnya pernah berguru, baik langsung maupun tidak, kepada Imam Ja'far as. Sungguh suatu logika yang tidak masuk akal!!!
Apa karena mereka rafidhah (mengagungkan keluarga Nabi saww melebihi kepada para shahabat Nabi lainnya) sehingga mereka layak disebut sesat? Saya jadi teringat ucapan Imam Syafi'i ra ketika menyikapi orang-orang yang suka menjelek-jelekkan kaum rafidhi (pada jaman dahulu orang syi'ah disebut rafidhi). Beliau mengatakan: "Sayalah orang yang paling rafidhi di antara kalian, karena sholat saya tidak akan syah tanpa mengagungkan keluarga Nabi saww!" Ya, sebenarnya kita semua (muslim) adalah kaum rafidhi, karena shalat kita tidak akan syah tanpa menyebutkan "wa 'ala aali Muhammad" (dan keluarga Muhammad) setelah "Allahumma shali 'ala Muhammad" dan "Wa barik 'ala Muhammad" dalam bacaan tahiyyat shalat kita, sebagai bentuk pengagungan kepada keluarga Nabi saww. Bahkan Nabi saww mengatakan bahwa kita termasuk orang yang bakhil/kikir jika setiap diucapkan nama beliau kita tidak bershalawat kepada beliau dan keluarganya (mengucapkan shalalallahu 'alaihi wa aalihi wasalam).
Dimanakah letak kesalahan mereka sehingga layak untuk dibenci dan dinyatakan sesat? Jika karena perbedaan furu'iah (cabang), bukankah setiap madzhab dalam sunny-pun, baik Hanafi, Maliki, Syafi'i, maupun Hambali, memiliki perbedaan dalam hal furu'iah ini?
Seharusnya yang kita cari adalah kalimatun sawa, kesamaan-kesamaan yang terdapat dalam ajaran sunny dan syiah, bukan sebaliknya. Kalaulah ada anggapan bahwa syiah telah menyimpang, itu bukanlah syiah yang sebenarnya. Karena sebagaimana sunny, dalam syiah pun terdapat beberapa kelompok, seperti Asy'ariyah, Fathimiyah, Zaidiyah, dll. Jika di antara puluhan kelompok itu ada yang menyimpang, bukankah di sunny juga ada yang menyimpang seperti kelompok Isa Bugis, misalnya (konon sekarang kelompok ini sudah lebih baik, tidak meninggalkan shalat dan puasa)? Tapi hal itu tidak menjadikan seluruh madzhab sunny menyimpang. Lantas, kenapa jika ada kelompok sempalan syiah yang menyimpang maka seluruh mafzhab syiah dianggap menyimpang?
Sunguh perbuatan yang melelahkan jika kita selalu mencari perbedaan dan keburukan orang atau kelompok lain. Seharusnya kita lebih membenahi diri dengan menebarkan kasih dan keselamatan antarsesama (afsussalaam), karena itu adalah ajaran Islam yang sebenarnya. Sedangkan untuk masalah perbedaan bukanlah hak kita untuk menilainya. Biarlah Allah saja yang menilai kita (sunny dan syiah) dan menentukan siapa yang paling baik (benar) antara kita, karena Dia-lah Al-Hakim. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mempererat ukhuwah imaniyah agar dunia menjadi lebih tentram dan damai. Hanya iblis yang selalu mencari permusuhan!!!
Wallahu a'lam.....
0 komentar:
Posting Komentar