Salah satu cara yang dilakukan banyak pasangan untuk menghindari kehamilan adalah membuang sperma di luar vagina saat mendekati puncak ejakulasi. Tapi cara seperti itu tidak menjamin si wanita akan bebas hamil. Kenapa?
"Cara ini amat sangat tidak dianjurkan, karena risiko hamil masih tetap tinggi," ujar dr Cynthia Agnes Susanto, B.Med.Sc disela-sela acara seminar tentang Keputihan dan Kanker Serviks di Moscatly Cafe Pondok Indah, Jakarta, Kamis (25/11/2010).
Saat pria akan mencapai puncak ejakulasi sebenarnya penis sudah mengeluarkan banyak cairan sperma awal yang bertindak untuk memuluskan jalannya. Cairan-cairan yang keluar awal ini sebenarnya sudah mengandung sperma yang cukup untuk membuahi sel telur.
Asal tahu saja, ada jutaan sperma yang dikeluarkan pria ketika berhubungan intim, namun cukup satu sperma yang diperlukan untuk memecahkan sel telur.
"Saat seperti itu seseorang mungkin tidak tahu apakah sperma yang dikeluarkannya sudah semua atau belum. Karena hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahkan sel telur dan bukan berjuta-juta sperma," kata dr Cynthia.
Sperma bisa saja telah masuk ke dalam vagina atau liang vagina pada saat berhubungan intim. Kualitas sperma yang baik yang bertemu dengan sel telur yang sehat akan mempercepat terjadinya pembuahan.
Mengeluarkan sperma di luar vagina sering disebut coitus interuptus (senggama terputus). Biasanya pria menarik penisnya dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Menghindari hamil dengan cara seperti ini terbilang sulit karena pria harus bisa mengontrol kapan spermanya akan keluar dengan tepat waktu.
Dalam kondisi normal ketika bersenggama, sperma pria masuk melalui vagina lalu melewati leher rahim menuju mulut rahim. Kemudian sperma-sperma itu berenang di dalam rahim terus menuju saluran telur (tuba fallopi). Ada sperma yang bisa mencapai saluran telur tapi banyak juga yang tersesat.
Untuk menjadi hamil juga banyak faktor tidak hanya dari sperma. Proses pembuahan juga melibatkan komunikasi antara sperma dengan sistem reproduksi wanita.
Pada pasangan yang tidak subur, komunikasi itu gagal karena beberapa sebab. Di antaranya sperma kurang cakap dalam menyampaikan informasi, atau bisa juga sebaliknya sel telur memiliki kontrol kualitas terlalu tinggi sehingga sangat selektif terhadap sperma yang datang.
Sumber : http://anasarema.blogspot.com
"Cara ini amat sangat tidak dianjurkan, karena risiko hamil masih tetap tinggi," ujar dr Cynthia Agnes Susanto, B.Med.Sc disela-sela acara seminar tentang Keputihan dan Kanker Serviks di Moscatly Cafe Pondok Indah, Jakarta, Kamis (25/11/2010).
Saat pria akan mencapai puncak ejakulasi sebenarnya penis sudah mengeluarkan banyak cairan sperma awal yang bertindak untuk memuluskan jalannya. Cairan-cairan yang keluar awal ini sebenarnya sudah mengandung sperma yang cukup untuk membuahi sel telur.
Asal tahu saja, ada jutaan sperma yang dikeluarkan pria ketika berhubungan intim, namun cukup satu sperma yang diperlukan untuk memecahkan sel telur.
"Saat seperti itu seseorang mungkin tidak tahu apakah sperma yang dikeluarkannya sudah semua atau belum. Karena hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahkan sel telur dan bukan berjuta-juta sperma," kata dr Cynthia.
Sperma bisa saja telah masuk ke dalam vagina atau liang vagina pada saat berhubungan intim. Kualitas sperma yang baik yang bertemu dengan sel telur yang sehat akan mempercepat terjadinya pembuahan.
Mengeluarkan sperma di luar vagina sering disebut coitus interuptus (senggama terputus). Biasanya pria menarik penisnya dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Menghindari hamil dengan cara seperti ini terbilang sulit karena pria harus bisa mengontrol kapan spermanya akan keluar dengan tepat waktu.
Dalam kondisi normal ketika bersenggama, sperma pria masuk melalui vagina lalu melewati leher rahim menuju mulut rahim. Kemudian sperma-sperma itu berenang di dalam rahim terus menuju saluran telur (tuba fallopi). Ada sperma yang bisa mencapai saluran telur tapi banyak juga yang tersesat.
Untuk menjadi hamil juga banyak faktor tidak hanya dari sperma. Proses pembuahan juga melibatkan komunikasi antara sperma dengan sistem reproduksi wanita.
Pada pasangan yang tidak subur, komunikasi itu gagal karena beberapa sebab. Di antaranya sperma kurang cakap dalam menyampaikan informasi, atau bisa juga sebaliknya sel telur memiliki kontrol kualitas terlalu tinggi sehingga sangat selektif terhadap sperma yang datang.
Sumber : http://anasarema.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar