Level radiasi akibat ledakan di fasilitas nuklir Fukushima Daiichi terus meningkat. Radiasi berpotensi mencapai Kota Tokyo serta membahayakan kesehatan warga. Eskalasi radiasi itu meningkatkan kekhawatiran pemerintah berbagai negara. Beberapa negara, seperti China, Rusia, Jerman, Malaysia, Singapura, dan Thailand mengambil langkah konkret mengantisipasi penyebaran radiasi nuklir.
Kedukaan dan kegalauan terlihat jelas di wajah Kaisar Jepang Akihito, kemarin. Dia muncul di layar televisi untuk pertama kalinya setelah gempa Jumat (11/3) menghancurkan Negeri Sakura. Kaisar berusaha merangkul rakyat dan memberikan mereka semangat. Dari ucapan-ucapannya, sangat terasa Akihito berjuang untuk tegar menghadapi tragedi ini. Dia mengatakan sangat prihatin atas krisis akibat kerusakan reaktor nuklir dan meminta warga untuk saling menolong dalam kesulitan.
“Saya berharap dari lubuk hati yang paling dalam, rakyat akan bahu membahu menolong satu sama lain dengan belas kasih dan dalam mengatasi masa sulit ini,” ajak Akihito.
Akihito menyinggung masalah reaktor nuklir Jepang, di mana pihak berwenang tengah berupaya mencegah bencana nuklir, merupakan masalah yang tidak terduga. “Saya sangat prihatin dengan situasi nuklir karena hal itu tak terduga,” katanya.
“Dengan bantuan mereka yang terlibat, saya berharap segala sesuatunya tidak akan bertambah buruk,” ucapnya.
Beberapa negara sudah mulai memblokir dan mengetes ulang makanan dan minuman yang diimpor dari Nippon.
Beragam tindakan mereka lakukan mulai dari mengevakuasi warga negaranya dari zona tak aman hingga pemeriksaan terhadap makanan yang diimpor dari Jepang. Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan menyatakan, kondisi terakhir di fasilitas nuklir Fukushima Daiichi, material radioaktif telah terlepas dari beberapa reaktor. “Para ahli menemukan ada level (radiasi) yang sangat tinggi.
Kamis 17 Maret, pemerintah Inggris mencarter pesawat khusus untuk mengevakuasi warganya dari Tokyo ke Hongkong agar terhindar dari bahaya radiasi nuklir. ’’Warga Inggris yang sedang di Tokyo dan menuju utara Tokyo diminta meninggalkan area. Pesawat itu disediakan gratis," kata pejabat luar negeri Inggris seperti dikutip Daily Telegraph.
Pemerintah Swiss juga mengimbau warganya untuk meninggalkan ibu kota dan wilayah timur laut Jepang. Sebelumnya, pemerintah Australia, Korea Selatan, dan Prancis meminta warganya segera pergi dari negeri yang menderita kerugian material hingga Rp1.800 triliun akibat bencana tsunami dan gempa 8,9 Skala Richter tersebut.
Amerika Serikat juga menyerukan warganya yang berada dalam radius 80 kilometer dari PLTN Fukushima untuk meninggalkan zona tersebut. Peringatan radius evakuasi dari AS itu lebih luas daripada seruan evakuasi yang dikeluarkan Jepang.
Sebelumnya, Jepang mengimbau warga yang berada dalam radius 20 kilometer dari PLTN Fukushima untuk mengungsi. Jepang juga meminta warga dalam radius 32 kilometer dari Fukushima untuk tidak keluar rumah. Selain menambah zona evakuasi, AS memutuskan memantau langsung tingkat radiasi di Negeri Sakura itu.
Sementara itu Situs Wikileaks, setelah membuat pemerintah Indonesia ketar-ketir menanggapi bocoran kawat diplomatik Kedubes Amerika Serikat yang berisi penyalahgunaan kekuasaan SBY dan keluarga, WikiLeaks sekarang menyorot "kelalaian" pemerintah Jepang terkait bencana tsunami yang menimpa negeri Sakura itu Jumat pekan lalu.
Wikileaks membocorkan isi kawat diplomatik Amerika Serikat tentang bahaya serius yang mengancam Jepang jika terjadi gempa bumi. Disebutkan bahwa pada Desember 2008 lalu Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) telah memperingatkan Tokyo tentang sistem pengamanan di beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mereka. Alat-alat pengaman itu dinilai sudah ketinggalan zaman dan selama 35 tahun terakhir hanya dilakukan tiga kali pengontrolan.
Seperti dilansir koran Rusia, Komsomolskaya Pravda (edisi online, Kamis 17/3), saat itu pemerintah Jepang berjanji melakukan perbaikan yang serius agar keamanan PLTN di seluruh Jepang terjamin. Dan memang, di PLTN Fukushima-1 misalnya, telah dibangun pusat peralatan penangkal bahaya dalam keadaan darurat tetapi peralatan tersebut bisa berfungsi secara normal dalam keadaan gempa bumi yang berkekuatan tidak lebih dari 7 Skala Richter.
Tapi, pemerintah Jepang menentang penutupan salah satu PLTN yang berada di bagian barat Jepang. Padahal, PLTN itu diduga tidak kuat menahan guncangan gempa bumi yang sangat kuat (di atas 7 SR). Security Service atas nuklir dan industri di Jepang menyatakan bahwa reaktor PLTN tersebut dijamin keamanannya.
Source : Fajaronline
Source : Fajaronline
0 komentar:
Posting Komentar