Perempuan, pria tua, pasien yang tak memiliki pekerjaan, dan mereka yang memiliki sejarah kejang jantung adalah yang paling terpengaruh oleh kemacetan lalulintas, kata studi tersebut --yang dipimpin oleh Annette Peters, dari Institute of Epidemiology, Helmoltz Zentrum Muchen, Jerman.
"Satu faktor potensial bisa jadi ialah udara buangan yang berasal dari mobil lain," kata Peters. "Tetapi kami tak dapat menyimpulkan sinergi antara stres dan polusi udara yang dapat menjadi tolok-ukur."
Penelitian tersebut disajikan pada 49th Annual Conference on Cardiovascular Disease di Florida oleh American Heart Association.
Para peneliti itu mewawancarai hampir 1.500 pasien yang selamat setelah serangan jantung dan mendapati sebanyak delapan persen pasien serangan jantung dalam studi tersebut berkaitan dengan lalulintas.
"Secara keseluruhan, waktu yang dilalui di dalam setiap jenis angkutan jalan raya (mengendarai mobil, naik angkutan umum atau naik sepeda motor) berhubungan dengan 3,2 kali resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan jauh dari pemicu ini," katanya.
Para peneliti tersebut mengatakan mereka terkejut bahwa perempuan tampaknya berada di dalam kelompok dengan resiko lebih tinggi. "Resiko mereka ialah lebih dari lima kali lebih tinggi," kata Peters.
"Kami tidak yakin mekanisme psikologi apa di balik ini; namun, itu bisa jadi juga disebabkan oleh jumlah perempuan yang lebih sedikit karena kamia hanya mewawancarai 325 perempuan dalam lima tahun," katanya.
Beberapa studi sebelumnya oleh para peneliti memperlihatkan bahwa mereka yang ikut dalam kegiatan yang berat seperti bermain sepak bola atau squash atau melakukan pekerjaan berat seperti melukis di atas kepala atau menyekop salju memiliki resiko lima sampai enam kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung hanya dalam waktu beberapa jam.
0 komentar:
Posting Komentar